Seloka.ID—Di sebuah sudut Sumatera Barat yang sunyi dari sorotan berita nasional—Nagari Desa Baru, Kecamatan Ranah Batahan, Pasaman Barat—sekelompok mahasiswa Kuliah Kerja Nyata dari Universitas Negeri Padang melakukan sesuatu yang tak biasa: mereka datang bukan hanya membawa selempang identitas kampus, tapi juga solusi.
Sungai di desa ini, yang seharusnya mengalirkan air jernih untuk sawah-sawah rakyat, selama ini justru mengangkut parade plastik, botol bekas, dan segala jenis limbah yang entah dari mana datangnya. Bukan pemandangan baru, tentu, tapi juga bukan sesuatu yang bisa terus dibiarkan—dan di situlah titik mula munculnya niat.
Dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, muncul Sandi dan timnya. Mereka tidak sibuk mengkalkulasi rumus diferensial di posko KKN, melainkan merakit sesuatu yang lebih konkret: alat pengangkat sampah otomatis berbasis conveyor. Ya, alat pengangkut sampah.
Bukan aplikasi startup, bukan lomba proposal, bukan seminar motivasi yang hanya ramai saat dibuka dan hening saat dieksekusi. Ini alat sungguhan, yang berputar, berderak, dan bekerja.
Sistemnya sederhana namun elegan: motor listrik menggerakkan sabuk berjalan yang dipasang miring di sisi saluran irigasi. Sampah yang terseret arus akan tertangkap dan dibawa ke daratan—tanpa perlu keringat petani atau tangan petugas kebersihan desa.
Dalam uji coba perdananya, alat ini berhasil mengangkat plastik, ranting, bahkan limbah organik yang selama ini bersandar manja di sudut saluran.
Bukan cuma soal mengangkat, tim mahasiswa ini juga memikirkan nasib sampah setelahnya. Mereka mengusulkan ide pemanfaatan kembali: sebuah pendekatan ekonomi sirkular kecil-kecilan yang bisa memberi nilai tambah, meski tak langsung mengangkat PDB nagari.
Di tengah berita mahasiswa KKN yang viral karena joget TikTok massal atau hanya selfie bareng lurah, inisiatif seperti ini patut dicatat.
Mungkin tak akan masuk headline nasional, dan belum tentu pula mendapatkan likes sebanyak konten prank. Tapi jejak seperti ini—yang menyentuh hidup warga dan menjawab masalah lama dengan semangat baru—adalah bentuk kerja nyata yang sebenar-benarnya nyata.
Dan ketika nanti alat itu terus berputar meski para mahasiswa telah kembali ke kampus, warga akan tahu: ada sekelompok anak muda yang datang, melihat, lalu berbuat. Tanpa janji, tanpa pamrih. Hanya dengan satu keyakinan: bahwa sungai harusnya mengalirkan air, bukan sampah. (0001/MN)