New Delhi — Hubungan India dengan Rusia disebut sebagai kemitraan yang “stabil dan telah teruji waktu.” Pernyataan ini disampaikan oleh juru bicara Kementerian Luar Negeri India, Randhir Jaiswal, Jumat (1/8), hanya beberapa hari setelah Presiden AS Donald Trump menyudutkan India atas kedekatannya dengan Moskow.
Dalam satu pekan yang sibuk di panggung diplomasi global, Trump melontarkan kritik pedas terhadap India karena terus membeli sebagian besar persenjataan dan kebutuhan energi dari Rusia. Ia tidak hanya melabeli India dan Rusia sebagai “ekonomi mati,” tetapi juga secara sepihak memberlakukan tarif impor 25% terhadap India, seraya mengancam sanksi tambahan.
Namun, pemerintah India tetap tenang. “Hubungan bilateral kami dengan berbagai negara berdiri atas dasar kepentingan masing-masing, dan tidak seharusnya dilihat dari kacamata negara ketiga,” ujar Jaiswal di New Delhi, seperti dikutip dari Bloomberg.
Antara Minyak Murah dan Kenyataan Pasar
Di balik layar diplomatik, India memang telah meningkatkan ketergantungan pada minyak Rusia. Sekitar 35% impor minyak mentah India kini berasal dari Rusia—lonjakan tajam dari hanya 1% sebelum invasi penuh Rusia ke Ukraina. Minyak laut Rusia datang dengan harga diskon, dan India, seperti banyak negara lain, cenderung pragmatis soal harga di tengah ketidakpastian global.
Tak hanya energi, India juga masih mengimpor sekitar 36% persenjataannya dari Rusia. Hubungan militer dan energi ini menjadi fondasi yang kuat, bahkan ketika tekanan datang dari Barat. Menteri Luar Negeri India, Subrahmanyam Jaishankar, sebelumnya menyebut Rusia sebagai satu-satunya “konstanta dalam politik global selama setengah abad terakhir.”
Kendati demikian, Bloomberg melaporkan bahwa pemerintah India telah meminta kilang-kilang minyak dalam negeri untuk melakukan skenario perencanaan alternatif jika pasokan minyak Rusia terganggu. Namun Kementerian Luar Negeri India enggan mengomentari kemungkinan skenario tersebut secara langsung.
“Pembelian energi kami ditentukan oleh kekuatan pasar dan harga,” kata Jaiswal, tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Diplomasi di Tengah Tarif
Di tengah panasnya komentar Trump, India justru memilih langkah diplomatik yang hati-hati. Pemerintah New Delhi sejauh ini tidak menunjukkan keinginan untuk membalas tarif dengan tindakan serupa. Sebaliknya, mereka tetap membuka ruang negosiasi dagang dengan Amerika Serikat.
“Kemitraan ini telah melalui berbagai transisi dan tantangan,” tambah Jaiswal, merujuk pada hubungan India–AS yang kini menghadapi ujian besar.
Hubungan pribadi antara Perdana Menteri Narendra Modi dan Presiden Rusia Vladimir Putin juga tetap erat. Keduanya terakhir bertemu pada Oktober lalu, dan kunjungan balasan Putin ke India dijadwalkan berlangsung akhir tahun ini.
Sementara itu, Menteri Keuangan AS Scott Bessent menuduh India bukanlah “aktor global yang hebat”, sebuah pernyataan yang memperpanjang daftar panjang sinyal ketidakpuasan Washington terhadap arah kebijakan luar negeri India.
Namun tampaknya, bagi India, menjaga hubungan baik dengan Rusia bukan semata soal loyalitas, melainkan tentang stabilitas. Dalam dunia yang terus berubah dan penuh tekanan, terkadang sekutu lama yang penuh cela justru lebih dapat diandalkan ketimbang teman baru yang bising di mikrofon.